Pak Den

Tak ada yang istimewa dari sosok pria itu. Badannya pendek dan gempal. Kulitnya hitam terbakar matahari. Rambutnya berobak berantakan. Matanya yang kecil bulat. Hidung dan bibirnya pun bulat. Yang jelas, dia selalu mengenakan peci dan menggenggam tanganku. Tak seperti orang kebanyakan, aku hampir tak mempunyai ingatan bermain bersama orangtuaku. Yang aku ingat dari masa itu, hanya amarah, pertengkaran dan rasa was-was. Tapi, aku memiliki ingatan … Lanjutkan membaca Pak Den

BTOB dan Asah Goresan Sketsa

Berselancar foto-foto konser online BTOB, tiba-tiba terpikir, “Sepertinya aku bisa gambar mereka.” Padahal, sudah lebih dari 20 tahun tak menggoreskan pensil ke kertas. Aku tak mampu mengingat alasan tidak lagi pegang pensil untuk gambar sketsa. Mungkin karena dihadapkan dengan kenyataan hidup. Akhirnya terlupakan.. Tapi bukan berarti kini, kenyataan hidup sudah tak sepahit dulu. Aku yang sekarang sudah tahu mana prioritas hidup. Aku ingin, hidupku bahagia. … Lanjutkan membaca BTOB dan Asah Goresan Sketsa

Lupakan Sementara Hyukoh, It’s BTOB Era

BTOB… Musik bocah-bocah ini cocok banget di telinga. Mungkin karena lagu mereka banyak yang ballad. Terkadang, musik BTOB terdengar seperti musik era 90-an. Which is.. Aku bangetzz.. Haks. Lalu, Hyukoh dikemanain? Sementara off dulu. Semakin ke sini semakin dark musiknya dan instrumental doang. Tapi bukan berarti enggak suka. Moodnya aja yang lagi enggak klop sama musik Hyukoh. Jadi beberapa bulan ini… Ada kali 9 bulan, … Lanjutkan membaca Lupakan Sementara Hyukoh, It’s BTOB Era

Pelukan Tanpa Kata

Tanpa kata, kau mendekat. Mendekapku erat. “Kenapa?” tanyaku. Kau menjawabnya dengan mengusap kepalaku. “Peluk.. Peluk.. Peluk,” kataku. Pelukanmu pun semakin erat dan berkata, “Kalau mau nangis, nangis aja.” Aku tercekat. Pertahanan yang kususun sejak malam, melemah. “Tak apa,” kataku. Tapi air mataku menolak untuk membohongimu. Rupanya kau tahu aku sedang berpura-pura. Memasang senyum dan tawa di depan mereka. Sore itu, aku menangis sejadi-jadinya. Tanpa kata, … Lanjutkan membaca Pelukan Tanpa Kata

Daftar Keinginan Sebelum Pensiun

Fine! Besok, si Bentang genap berusia 35 tahun. Biasanya, tak ada daftar keinginan yang aku buat untuk satu tahun ke depan. Tapi, kali ini, aku rasa perlu. Bukan untuk gegayaan. Cuma ingin semua hal yang aku ingin tercapai –kalau bisa–sebelum usia 40 tahun. Usia, aku ingin pensiun. Maksimal 42 tahun lah aku pensiun. So, ada beberapa hal yang terpikir untuk harus diwujudkan. Tentunya ada target … Lanjutkan membaca Daftar Keinginan Sebelum Pensiun

Debat Capres, Obral Omong Kosong

Debat capres Minggu 17 Februari 2019 alhamdulillah pas kebagian libur. Memang peristiwa ini hanya terjadi setiap lima tahun. Tapi kalau bisa memilih, saya mending matiin tv. Kenapa? Percuma. Debat capres hanya untuk mempertontonkan obral janji kedua kandidat. Ya, memang itu tujuannya sih. Tapi, bisa enggak sih mencetuskan sesuatu yang konkret. Misal, soal obesitas. Aku sendiri sudah mengalami obesitas 2. Lalu orang-orang terdekat dan keluarga selalu … Lanjutkan membaca Debat Capres, Obral Omong Kosong

Ingin Tinggal di Hutan? Kenapa?

Tinggal di hutan, cita-cita saya sejak kecil. Bagi sebagian orang bakal terdengar aneh dan mustahil. Ya, jangan bayangkan hutan di sini adalah hutan belantara atau hutan hujan tropis seperti Amazon. Cukup memenuhi 3 unsur, di gunung, banyak pohon, dan tak ada tetangga. Kenapa di gunung? Saya butuh udara segar karena sesak napas suka kumat kalau ada di daerah panas. Kenapa harus banyak pohon? Saya suka … Lanjutkan membaca Ingin Tinggal di Hutan? Kenapa?

Money Can’t Buy Family

Sodori saja saya film atau buku tentang keluarga. Yang sedih maupun bahagia, air mata selalu mengalir. Melankolis memang…. Setiap bersinggungan dengan “keluarga”, saya selalu teringat peristiwa-peristiwa yang mengubah my own family. Terutama, saya…. Hal terbesar yang mengubah cara berpikir dan cita-cita gadis bodoh ini, terjadi pada 2008. Saat itu, ibu menelepon dan berkata, “Nenek masuk rumah sakit. Enggak kenapa-kenapa kok. Cuma sesak napas.” Intonasi dan … Lanjutkan membaca Money Can’t Buy Family